Manusia dalam spritual bagaikan metamorfosis kupu-kupu. sebenarnya ini saya terinspirasi dari muhyiddin hairi shirazi. beberapa ulama tasawuf mencoba mendefisinikan tentang tahap-tahap dalam spritual. manusia sempitkan ada dua metamorfosis. sebelumnya mari kita baca dulu potongan arti ayat ini: " (41). فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, mereka bertanya kepada Fir`aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" (42). قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ Fir`aun menjawab: "Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)". 44). فَأَلْقَوْا حِبَالَهُمْ وَعِصِيَّهُمْ وَقَالُوا بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ إِنَّا لَنَحْنُ الْغَالِبُونَ Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata: "Demi kekuasaan Fir
oleh : Abdillah husain ada banyak ustad-ustad bermunculan disosial media, televisi atau ceramah secara langsung yang tidak memiliki kapisitas sebagai "ustad". imam `Ali a.s. menjawab pertanyaan seorang yang bertanya kepadanya tentang kesulitan, dia berkata, "Bertanyalah engkau untuk dapat memahami, dan janganlah engkau bertanya dengan keras kepala. Sebab, sesungguhnya orang bodoh yang terpelajar serupa dengan orang alim, dan orang alim yang sewenang-wenang serupa dengan orang bodoh yang keras kepala." beberapa ustad keras dalam memberikan pendapat dan ngotot bahwa itu yang paling benar. semakin kedepan, akhlak sudah semakin merosot. kaum salaf atau habaib zaman dulu sampai sekarang, alhamdulillah masih berpegang teguh pada tariqah alawiyin (ajaran kakek moyangnya). berbagai profesi seseorang yang tidak ada dasar agama, bisa dipanggil ustad dan memiliki hak untuk menjawab semua isu-isu agama. bukan semakin terselesaikan, malah semakin membuat masalah.