Dakwah dan akhlak yang baik (kajian sosiologi)
Halo semuanya, bukan maksud saya mau mengedepankan subjektifitas sebagai seseorang peneliti. Disini saya bersikap objektif.
Adanya lembaga Agama dalam masyarakat luar memberikan suatu pengarahan yang baik, membimbing, dan menjadikan alat pengawas bagi masyarakat, secara manifes. Lalu secara laten, menimbulkan rasa teoleransi atau menghargai, menjadi pribadi yang lebih tenang.
Dakwah dari segi keilmuan memerlukan beberapa kriteria bukan hanya sekedar menyampaikan, tapi membuat penerima pesan mampu menghayati dengan baik dan diimplementasikan.
Dalam sosiologi, ada yang menyampaikan pesan, menerima dan perentara. Sosialisasi dan dakwah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dakwah artinya menyampaikan (tabligh) hal-hal yang berkaitan dengan agama dan unsur-unsurunya.
Beragama cara (usage) telah digunakan oleh pelbagai dakwah menurut kapisitas dirinya dalam menyampaikan agar mempermudah menginternalisasikan kepada masyarakat. Tapi, disayangkan, adanya sikap arogansi dari para pendakwa, membuat masyarakat kita menjadi terpengaruh akan dogma yang distimulisasinya.
Sebab-muassal adanya terorisme, para pengikut yang ekstrimesme dst. Adalah berasal dari internalisasi yang gagal. Jika saja ada pendakwah seperti khai maimun, gus Mus, dan orang-orang berintelektual seperti nur cholis madjid, atau yang berorentasi kepada masa depan yang lebih baik, setidaknya ketegangan berkurang dalam kehidupan beragam dan muncul integrasi sosial.
Mengutip ayat Alquran yang memberikan 3 metode dakwah : berdakwalah dengan hikmah, mauidatul hasanah, debat (berargument) (An-nahl 125)
Berdakwah tidak sekedar memakai aqli (akal) sehat, tapi dengan sikap yang baik (moralitas). Nilai-nilai estetika dan relegius memang harus lebih ditekankan tanpa kekerasan. Para wali songo datang keindonesia dengan cara damai dan banyak metode. Selain itu, akhlak yang paling menonjol kepeda mereka.
Mencoba untuk mengamati, misalkan amerika, para dakwa menyampaikan tentang islam dst, tidak. Mereka mulai dari perbuatan baik terhadap sesama. Timbul juga kontak sosial. Alhasil, stereotip buruk pada muslim amerika atau cap labelling menjadi luntur.
Imam ja'far as pernah berkata : jika engkau ingin melihat agama seseorang, maka lihatlah dari cara dia memperlakukan engkau.
Sekaligus untuk pendakwah, kita semua berharap besar, bukan memecah bela hubungan dalam masyarakat dengan sering menghina agama lain atau pengikutnya. Kita semua adalah masyarakat yang saudara sebangsa. Jika hanya ingin menimbulkan kekerasan, kekecauan atau ketidak stabilitas lingkungan, sebaiknya pikir lebih untuk melakukan itu.
Halo semuanya, bukan maksud saya mau mengedepankan subjektifitas sebagai seseorang peneliti. Disini saya bersikap objektif.
Adanya lembaga Agama dalam masyarakat luar memberikan suatu pengarahan yang baik, membimbing, dan menjadikan alat pengawas bagi masyarakat, secara manifes. Lalu secara laten, menimbulkan rasa teoleransi atau menghargai, menjadi pribadi yang lebih tenang.
Dakwah dari segi keilmuan memerlukan beberapa kriteria bukan hanya sekedar menyampaikan, tapi membuat penerima pesan mampu menghayati dengan baik dan diimplementasikan.
Dalam sosiologi, ada yang menyampaikan pesan, menerima dan perentara. Sosialisasi dan dakwah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dakwah artinya menyampaikan (tabligh) hal-hal yang berkaitan dengan agama dan unsur-unsurunya.
Beragama cara (usage) telah digunakan oleh pelbagai dakwah menurut kapisitas dirinya dalam menyampaikan agar mempermudah menginternalisasikan kepada masyarakat. Tapi, disayangkan, adanya sikap arogansi dari para pendakwa, membuat masyarakat kita menjadi terpengaruh akan dogma yang distimulisasinya.
Sebab-muassal adanya terorisme, para pengikut yang ekstrimesme dst. Adalah berasal dari internalisasi yang gagal. Jika saja ada pendakwah seperti khai maimun, gus Mus, dan orang-orang berintelektual seperti nur cholis madjid, atau yang berorentasi kepada masa depan yang lebih baik, setidaknya ketegangan berkurang dalam kehidupan beragam dan muncul integrasi sosial.
Mengutip ayat Alquran yang memberikan 3 metode dakwah : berdakwalah dengan hikmah, mauidatul hasanah, debat (berargument) (An-nahl 125)
Berdakwah tidak sekedar memakai aqli (akal) sehat, tapi dengan sikap yang baik (moralitas). Nilai-nilai estetika dan relegius memang harus lebih ditekankan tanpa kekerasan. Para wali songo datang keindonesia dengan cara damai dan banyak metode. Selain itu, akhlak yang paling menonjol kepeda mereka.
Mencoba untuk mengamati, misalkan amerika, para dakwa menyampaikan tentang islam dst, tidak. Mereka mulai dari perbuatan baik terhadap sesama. Timbul juga kontak sosial. Alhasil, stereotip buruk pada muslim amerika atau cap labelling menjadi luntur.
Imam ja'far as pernah berkata : jika engkau ingin melihat agama seseorang, maka lihatlah dari cara dia memperlakukan engkau.
Sekaligus untuk pendakwah, kita semua berharap besar, bukan memecah bela hubungan dalam masyarakat dengan sering menghina agama lain atau pengikutnya. Kita semua adalah masyarakat yang saudara sebangsa. Jika hanya ingin menimbulkan kekerasan, kekecauan atau ketidak stabilitas lingkungan, sebaiknya pikir lebih untuk melakukan itu.
Komentar
Posting Komentar