Oleh ; Abdillah Husain
ketika
kita mulai bergulat dengan nahu sorof dan lugoh Arabic (bahasa arab),
kita sering kalah telak, ada yang berani menantang dan ada yang
melambaikan tangan keatas, yang bertanda menyerah, tak sanggup berkelahi
dengan Nahu sorof.
Para santri sering menghindar untuk kelahi dengan Nahu. Untuk melawan Nahu saja, perlu kematangan yang baik, elegan dan tetap tegar menghadapinya. Ketika disodorkan nahu, para santri terkadang terlihat kepusingan dan tak ingin disodorkan itu. teman –teman selalu ingin berkelahi dan berhasil melumpuhkan-nya, namun terkadang susah, dan membutuhkan energi yang kuat.
Kita tahu bahwa, tidak bisa bahasa arab, maka tak bisa nahu atau pun jurumiyah. Dahsyat-nya orang-orang yang berdarah cina Indonesia meski tinggal dijawa dan lahir dijawa juga, anaknya sejak kecil sudah diajak untuk ta’lim (belajar) bahasa mandarin ataupun bahasa-bahasa mendunia. Kita yang mempelejari bahasa arab harus semangat seperti orang-orang china yang bersemangat untuk hanya menguasai bahasa. Orang china mengetahui kedepan-nya bahwa bahasa ini diperlukan, pada akhirnya mereka tekun dan rajin mempelejari bahasa tersebut.
Perjuangan perlu pengorbanan. Tak hanya berduduk diam, lalu datang wahyu utusan dari Allah. Mesikup ada, tetapi tuhan telah memerintahkan kita agar tak berputus asa, dan selalu bersabar dalam menghadapi ujian yang akan kita lewati.
Bahasa arab adalah bagian dari ilmu-ilmu islam, dan bahasa arab mendapatkan posisi penting diantara ilmu-ilmu wasilah, oleh karena itu para ulama-ulama perhatian sekali terhadap bahasa arab.
Syeikh ibnu ‘utsaimin ra berkata “ bersungguh-
sungguhlah untuk mempelajari ilmu syar’I dan yang dapat menopangnya seperti ilmu nahwu”(syarh riyadhus shalihin ; 3/120).
Al-imam as-sakhawi ra dalam kitab fathul mughits
(3/160-164) menukuli ucapan al-imam asy-sya’bi ra :
annahu fil ilmi kalmilhi fiittoaaami. Maknanya adalah , nahwu didalam ilmu ibarat garam pada makanan. Sebelum mengetahui nahu ataupun jurumiyah mapun tasrif, harus menguasai bahasa arab meskipun sedikit. Untuk belajar bahasa arab perlu tahapan, saya yakin kita semua bisa mempelajari, dan dengan sungguh-sungguh in sya Allah berhasil.
Imam asy-syu’bah ra pernah berkata :” barangsiapa
yang pandai dengan hadis tetapi tidak pandai dengan bahasa arab maka kedudukannya bagaikan badan tanpa kepala.” Secara devinisi nahu ialah ilmu yang mempelajari tentang kata dalam kalimat dan harakat akhirnya, secara I’rab (berubah) atau bina’(tetap). Nahu perlu didalam bahasa arab, tak bisa dipungkiri lagi. Nahu ini wajib ada dipondok-pondok pesantren, dan menjadi pegangan mereka, meski ada kitab kuning, dan kitab-kitab yang lain.
Kata guru waktu bertemunya sesaat dia pernah berkata :” ente kalau bisa bahasa arab, semuanya ente tahu, dan gampang tidak sulit.” Ya, perkataannya memang benar.
Para santri sering menghindar untuk kelahi dengan Nahu. Untuk melawan Nahu saja, perlu kematangan yang baik, elegan dan tetap tegar menghadapinya. Ketika disodorkan nahu, para santri terkadang terlihat kepusingan dan tak ingin disodorkan itu. teman –teman selalu ingin berkelahi dan berhasil melumpuhkan-nya, namun terkadang susah, dan membutuhkan energi yang kuat.
Kita tahu bahwa, tidak bisa bahasa arab, maka tak bisa nahu atau pun jurumiyah. Dahsyat-nya orang-orang yang berdarah cina Indonesia meski tinggal dijawa dan lahir dijawa juga, anaknya sejak kecil sudah diajak untuk ta’lim (belajar) bahasa mandarin ataupun bahasa-bahasa mendunia. Kita yang mempelejari bahasa arab harus semangat seperti orang-orang china yang bersemangat untuk hanya menguasai bahasa. Orang china mengetahui kedepan-nya bahwa bahasa ini diperlukan, pada akhirnya mereka tekun dan rajin mempelejari bahasa tersebut.
Perjuangan perlu pengorbanan. Tak hanya berduduk diam, lalu datang wahyu utusan dari Allah. Mesikup ada, tetapi tuhan telah memerintahkan kita agar tak berputus asa, dan selalu bersabar dalam menghadapi ujian yang akan kita lewati.
Bahasa arab adalah bagian dari ilmu-ilmu islam, dan bahasa arab mendapatkan posisi penting diantara ilmu-ilmu wasilah, oleh karena itu para ulama-ulama perhatian sekali terhadap bahasa arab.
Syeikh ibnu ‘utsaimin ra berkata “ bersungguh-
sungguhlah untuk mempelajari ilmu syar’I dan yang dapat menopangnya seperti ilmu nahwu”(syarh riyadhus shalihin ; 3/120).
Al-imam as-sakhawi ra dalam kitab fathul mughits
(3/160-164) menukuli ucapan al-imam asy-sya’bi ra :
annahu fil ilmi kalmilhi fiittoaaami. Maknanya adalah , nahwu didalam ilmu ibarat garam pada makanan. Sebelum mengetahui nahu ataupun jurumiyah mapun tasrif, harus menguasai bahasa arab meskipun sedikit. Untuk belajar bahasa arab perlu tahapan, saya yakin kita semua bisa mempelajari, dan dengan sungguh-sungguh in sya Allah berhasil.
Imam asy-syu’bah ra pernah berkata :” barangsiapa
yang pandai dengan hadis tetapi tidak pandai dengan bahasa arab maka kedudukannya bagaikan badan tanpa kepala.” Secara devinisi nahu ialah ilmu yang mempelajari tentang kata dalam kalimat dan harakat akhirnya, secara I’rab (berubah) atau bina’(tetap). Nahu perlu didalam bahasa arab, tak bisa dipungkiri lagi. Nahu ini wajib ada dipondok-pondok pesantren, dan menjadi pegangan mereka, meski ada kitab kuning, dan kitab-kitab yang lain.
Kata guru waktu bertemunya sesaat dia pernah berkata :” ente kalau bisa bahasa arab, semuanya ente tahu, dan gampang tidak sulit.” Ya, perkataannya memang benar.
Seperti juga perkataan imam syafi’I :”mereka yang menguasai bahasa arab adalah jin yang berupa manusia, mereka lihat apa yang tidak dilihat orang lain.” Sekarang kita paham dengan keistimewaan nahu dan bahasa arab.
Belajar nahu tak hanya bersama guru dikelas maupun dalam pembelajaran, tapi diluar pun juga harus. Karena nahu dan bahasa arab ini perlu telaah setiap hari. Menghayati dan menghayati, nahu dan bahasa arab ini special, tidak hanya bahasa arab, tapi bahasa-bahasa yang lain. Semua bahasa itu bagus, tidak ada yang mengatakan, bahasa itu tak bagus. Setiap pagi sisihkan waktu untuk buka kamus bahasa arab dan melihat-lihat kata, agar menambah wawasan tentang itu.
bahasa penting untuk kehidupan, seperti yang pernah
dikemukakan penulis amerika,” setiap pagi ayah menyuruku membuka kamus, karena hidup diatur oleh cara bagaimana kita mengatur bahasa.” Setiap bahasa memiliki ke- istimewahan tersendiri. Yang bersungguh-sungguh itulah sang penakluk, dan yang rajin dan tekun maka beruntunglah dirinya, mudah-mudahan Allah mempermudah perjalan kita dalam mempelajari kedua ilmu ini dan ilmu-ilmu yang lain. Berbicara soal bahasa, tak akan habis-habisnya, dan berbicara tentang ilmu sama seperti berbicara tentang bahasa.
Komentar
Posting Komentar