Ibu een sukaesih sang guru pembuka hati
Oleh : Abdillah husain
Sudah lebih dari satu bulan kepergian Almarhum ibu een sukaesih. Saat terdengar berita kematian ibu een sukaesih untuk selama-lamanya. Indonesia bersedih atas kematian sang revolusi yang bangkit dari kesakitan dan kelumpuhan demi pendidikan anak-anak bangsa tanpa meminta imbalan dan belas kasih dari pemerintahan maupun pejabat serta wakil presiden.
Diatas kertas ada kertas yang indah, dan diatas pengorbanan ada yang lebih tinggi dari pada itu. Setiap orang yang meninggal tak kan pernah meninggalkan nama untuk dikenang melalui sifat, watak, status sosial, keberanian, serta perjuangan yang diukir sepanjang hidupnya. Betapa tidak mungkin, seseorang yang lumpuh seperti ibu een mampu memperjuangkan pendidikan dan kecerdasan untuk pesarta didiknya dan alih-alih memberikan kuliah umum.
Ibu een memiliki kecerdasan yang melampui kecerdasan, serta melampui seseorang yang duduk di fakulitas atau intuisi-intuisi maju dan alih-alih dosen. Saya yakin, meskipun dosen atau pun seorang professor telah memiliki kecerdasan yang mumpuni, tapi tidak akan mampu melampui kecerdasan yang dimiliki seseorang kartini yang hidup dan mengabdi demi bangsa serta niat yang luar biasa.
Kecerdasan dan intelektual ibu een sukaesih telah terlihat ketika beliau mampu untuk menyelesaikan setiap problem yang dialaminya. Ada hal unik yang harus diingat dalam kehidupan ibu een, bahwa setiap orang yang dalam kondisi sakit atau lumpuh, selalu memikirkan kematian (semoga) cepat-cepat meraut nyawa ini. Tapi tidak seperti halnya ibu een sukaesih. Dengan kondisi yang secara medis dinyatakan "lumpuh" total, semangat itu masih ada untuk dimanfaatkan oleh ibu een dalam pendidikan. Waktu yang masih dimiliki, tetap dikendalikan secara profesional dan bijak oleh sang pejuang pendidikan meskipun ia tak tahu kapan akan kembali selama-lamanya.
Nilai sikap yang diambil ibu een mengandung sikap implementasi yang mendukung spritualitas, intelektualitas, dan respon yang baik. Kecerdasan ibu een, diperankan oleh jiwanya sendiri demi mencapai kecerdasan kognitif yang melampui kecerdesan yang diatasnya. Dua pandang yang biasanya dipakai dalam pendidikan, " kecerdasan dalam menyelesaikan masalah dan kreativitas dalam menyelesaikkan suatu problem solving." Dua-duanya, tertanam dan terlihat secara nyata dari diri ibu een sukaesih dan melebihi kecakapan dua-dua pandangan tersebut.
Yang dibutuhkan sekarang bagi pendidikan anak-anak, yakni, ketelatenan dan kesebaran serta sikap hati yang terbuka seseorang guru terhadap didikannya alih-alih orangtua pun dituntut oleh alam agar merasakan melalui insting atau ilham dengan sikap yang lembut. Anak tidak bisa dipaksakan dengan kekerasan ketika memberikan ilmu atau pelejaran terhadapnya.
Ibu een, telah membuktikan bahwa, kecerdasan dan perasaan tidak mampu dipisahkan, seolah-olah Anak akan berpisah dengan ibu kandunganya saat waktu kanak-kanak. Hubungan kecerdasan dan perasaan adalah sangat erat dan kuat. Orang cerdas jika tak mampu memakai perasaan atau batiniyah, akan mengalami sifat sombong, angkuh, egois dan ingin menang sendiri. Sifat ini bertebaran dihati para pejabat indonesia.
Keangkuhan akan membuat manusia hina dalam keangkuhannya sendiri. Ibu een telah menunjukkan sikap yang baik dan patut untuk menjadi figur publik dalam segala hal, bahwa setiap kecerdasan tidak akan pernah terlihat cerdasnya seseorang hingga membuka hati lebar-lebar, menjauhi rasa angkuh, sombong, dan arogansinya yang berlabu didalam jiwanya.
Saya menyakini, bahwa ibu een termasuk dalam jiwa syahadah pendidikan. Mati dalam keadaan membagi ilmu kepada setiap murid dengan kondisi yang terbatas dan mampu melampui batasan disebut jiwa revolusioner pendidikan yang suci dan tergolong "martym". Meskipun, banyak cara untuk hal ini tanpa melakukan jihad dengar berperang. Terharu dan terkesima ketika mendengar tangisan seseorang Anak didikanya yang masih menginginkan ibu een hidup kembali. Sikap tangisan anak-anak didik ibu sukaesih, merupakan bentuk tangisan akibat efek dari sikap ibu een sukaesih yang mampu mendekatkan hati terhadap setiap didikannya.
Tak pernah sepanjang sejarah seorang yang hidup mudah meninggalkan nama yang patut diingat. Dari hati, kehati terlukis bayang-bayang dan ingatan untuk ibu een yang menorehkan suatu prestasi yang menggilang diindonesia terutama dalam pendidikan. Terimakasih banyak sang ibu kartini dan sang ibu syahada yang telah meninggalkan ajaran-ajaran yang (semoga) mampu dikenang hingga habis waktu belajar.
Oleh : Abdillah husain
Komentar
Posting Komentar