Oleh : Abdillah husain
(tulisan ini pernah dimuat di majalah itrah islam, jakarta )
Anak ialah sesuatu titipan yang bersifat “amanah”, amanah berarti sesuatu yang dititipkan kepada seseorang. Allah telah memberi kepada orang tua untuk di terima. Jadi melibatkan pemberi amanah dan penerima amanah.
Apakah anak di amanatkan untuk diajarkan kejelakan dan melakukan perbuatan perbuatan brutal?
Tentu tidak seperti itu. Dalam pendidikan agama anak diajarkan untuk menjadi anak yang sholeh. Era modern, ironis- nya anak diajarkan untuk melakukan hal hal yang aneh dan tak baik atau tak lazim di perbuat. Melihat sejarah dimasa Nabi Muhammad saw , ia selalu mengajarkan cucunya yakni al-hasan dan al-husain untuk berakhlak yang karim. Begitu juga ayahanda- nya mereka yaitu sayyidina ali dan ummahnya(ibu) sayyida Fatimah az-zahra.
Semakin lama, sebagian orang tua semakin mengajarkan hal hal yang tak pantas. Anak ini adalah generasi yang akan menggantikan posisi kedua orang tuanya dan memiliki keluarga dan anak lagi, namun kasiannya, sebagian orang tua meng-ajarkan aklak (perbuatan) yang buruk dan memprihatinkan.
Mushkila(masalah) yang sekarang dialami Indonesia ialah, sebagian
orang tua menunjukkan keburukan di hadapan anak anaknya.Sehingga anak anaknya, terus menerus mendengar atau melihat perbuatan buruk kedua orang tuanya, dan pada akhirnya mereka akan meniru perbuatan buruk itu.
“Barang siapa menunjukkan orang supaya berbuat baik, maka orang itu beroleh pahala seperti pahala orang yang
mengarjakannya” (HR. Muslim)
Anak jangan di ajarkan untuk mengkafirkan orang lain sejak dini atau sejak masa kecilnya di doktrin dengan aliran berbahaya. Walad(anak) harus diajarkan untuk juga bisa menghormati yang lebih tua dan sesama umur. Sebagai muslim, bagi yang memiliki anak atau pun mu’alim(guru) harus melihat anak anak china, mereka sejak kecil sudah diajarkan tata karma dalam perbuatan, berbisnis, menghemat uang, dan segala galanya, meskipun belum dewasa. Setelah dewasa mereka akan menjadi orang yang mahir, karena didikkan yang baik dan manfaat.
Saya melakukan study disalah satu kota, dimana hidup bersama dengan perkataan kotor dan menjijikan. Sehingga anak cepat terkena dampak virus itu. Maksud dari virus itu ialah virus setan yang kurang ajar, tidak punya adab.
Lebih menyedihkan lagi, akibat dari perbuatan yang dilakukan orang tua, yang”tak baik”, berdampak pada anak dan dilakukan, sebagaimana perbuatan orang tuanya. hingga anak menjadi melawan orang tua-nya atau guru, dan tidak punya adab.
“keridlaan allah itu, tergantung dari adanya keridlaan ibu-bapak, dan kemurkaan allah itu tergantung dari adanya
kemurkaan ibu bapak. (Hr. Tirmidzi)
tapi sekarnng amat berbeda jauh, dan konteks redaksi ini tidak di tanamkan dalam sebagian orang tua. Sehingga tidak bisa memposisikan dirinya yang betul. Sebagian guru atau di madrasah, sudah ditanamkan agar ber-akhlak yang baik.
Guru akhlak ialah rasullullah. Anak harus diperkenalkan secara ‘’perlahan lahan’ mengenai akhlak rasulullullah atau sejarahnya. Memprihatinkan, anak sejak dini sudah diajarkan mensesatkan orang lain, dan apalagi mesesatkan yang lebih tua dari pada-nya.
Puncak keagamaan seseorang bukan di dinilai dari ibadah, atau dari aqidah, tapi akhlak. Saya tidak mengatakan bahwa akidah tidak penting, tidak mungkin orang beragama tanpa akidah.
“Dan tidaklah sama perbuatan yang baik dan yang jahat. Tolaklah(kejehatan) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba antara kamu dan dia ada permusuhan jadikan seolah- olah ia adalah teman yang setia”.(qs ; fushilat {41} ; 34 )
Kata nabi : sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” ( Hr bukhari dan hakim)
Orang tua harus mencontohkan perbuatan yang baik dan mengajarkan perbuatan yang baik, agar kelak nanti dia, menjadi anak yang baik juga. Didikan terbaik ialah akhlak. Sehingga akhlak wajib untuk diajarkan oleh orang tua. Namun apabila orang tua tidak bisa mencontohkan akhlak yang baik, maka contohi lah orang-orang yang pantas untuk di contoh.
Komentar
Posting Komentar