oleh : Abdillah husain (peminat filsafat dan peneliti )
Sejak lama hingga hari ini masih menjadi kebiasaan anak muda
yaitu berpacaran. Pacaran dalam islam
dilarang keras. Tapi, kalau hanya sekedara ta’aruf (baca : perkenalan) dibolehkan.
Tidak mungkin ketika seseorang lelaki ingin melamar seseorang perempuan tanpa
perkenalan. Kebiasaan buruk pacaran bagi
anak muda begitu banyak yang harus diulas secara sistematis dan rasional.
Setiap hari didalam berita, tak heran banyak pemerkosaan, pembunuhan, dalam
konteks pacaran tersebut.
Ada dua pandangan yang bisa kita jadikan rujukan untuk
melihat pacaran dikalangan Anak muda. Yang pertama, dari kacamata biologis :
cinta dan kasih-sayang sangat dibutuhkan oleh setiap individual atau manusia
dalam menjalankan hidup. Pacaran, adalah saling menyanyangi satu sama lain
serta setia. Tapi, selama ini penulis tak melihat dan mendengar bahwa ketika
seorang laki dan perempuan pacaran akan bertahan hingga nikah serta akan timbul
fitnah satu sama lain.
Kedua, dengan kacamata din
(baca : agama) : bahwa, itu sangat dilarang dan dikecam. Karena islam ada
yang namanya ta’aruf. tanpa pacaran.
Jika kita teliti dan menganalisis lebih real, agama sangat indah. Mulai dari
segi peraturan, hokum, dan tatakrama dalam berkehidupan. Hingga ada
“perkawinan”.
Perkawinan dan pacaran, tentu berbeda. Perkawinan seperti
yang diketahui bahwa, adalah perjanjian suci dan sakral. Hidup dan mati seseorang lelaki tetap bersama perempuan yang
telah menjadi istrinya dan ini bersifat intuitif
. Tapi, sayangnya marak terjadi perceraian.
Nabi telah memberitahukan kita :
“arasy Allah (yang
amat kukuh pun) terguncang ketika ucapan “cerai” keluar dari mulut seseorang
suami kepada istrinya”
Sedangkan, pacaran terkadang berasal dari hati dan lebih
dominan kepada nafsu birahi serta berujung pada “putus cinta”. Tentu, biasanya
seseorang lelaki yang lebih suka memutuskan pacarnya dibanding perempuan. Dalam
hal ini, sayyidina Ali menjelaskan bahwa, tidak baik bagi seseorang lelaki menyakiti
seseorang perempuan :
“wanita adalah amanah
bagimu (lelaki). Maka jangan lukai mereka dan jangan menjadikan hidup sukar
buat mereka”
pacaran terdapat potensial untuk melakukan perzinahan. Dalam
buku ustad felix siauw.”putus aja” sedikit beliau menjelaskan bahwa,”perkawinan
dan ta’aruf memang lebih baik dari pada pacaran.” ketika ta’aruf dan mencari
jodoh sebaiknya seseorang perempuan terus berkonsultasi dengan dua orangtua
atau ustad, serta pada Ahlinya. Sebuah kisah tentang hal ini sebagai berikut :
“suatu hari ada
seseorang Anak perempuan bernama Husnah. Husnah terkenal dengan kecantikan dan
keramahannya. Husnah mencari kekasih atau sepasang lelaki untuk menjadi calon
suaminya. Hingga ayah husna, berkata kepada Husnah “wahai husnah, pergilah
keluar sana. Ketahuilah situasi dan keadaan disana. Mungkin saja ada lelaki
yang mau denganmu.” Husnah mengikuti perkataan bapaknya. Baru saja keluar dari
rumah,sekitaka teman bapak husnah
melihat dan ingin berkata “ itu siapa?”. Bertanya kepada bapak husnah.”dia
anak-ku, husnah”. Jawab bapak husnah. “alangkah senangnya, jika anakmu dan
anakku menjadi suami istri” kata teman bapak husnah. Sambil menggelengkan
kepada, lalu berbicaralah ayahnya husnah”aku tidak bisa memaksakan anakku
husnah. Biarkan dia keluar dan mengetahui
keadaan luar”. Husnah menjadi sorotan lelaki akibat kecantikan yang indah
dirawut wajah yang tersirat kebaikkan. Suatu hari, ada seseorang lelaki melihat
husnah berjalan sendiri. Lalu lelaki ini menanyakan kepada temannya,”itu
siapa”? temannya menjawab : “aku tak tahu”. Keesokan harinya, mereka bertemu
dan lelaki ini ulurkan tangan untuk bersalaman. Namun, ditolak sebab ayah
husnah ajarkan etika untuk tidak berpegan tangan atau bersentuhan dengan muhrim
dan mereka berjanji akan bertemu disuatu tempat dan tempat ini sangat sepi dan
sunyi. Keesokan harinya mereka bertemu. Saling memandang dengan tatapan yang
lama. Hingga bersentuhan dan alhasil nafsu birahi muncul jadilah persetubuhan
yang dilakukan mereka berdua. Ternyata husnah hamil. Orangtua husnah mengetahui
informasi tersebut dan merasa sedih, terpukul, serta frustasi akibat membiarkan
anaknya seperti itu. lelaki tersebut, husnah tak tahu ia tinggal dikota
mana.akhirnya masyarakat mengetahui dan husnah dihukum rajam “
Dalam kisah diatas,mengingatkan orangtua juga untuk tetap
mengatur anak perempuannya hingga perkawinan. Ironis, padahal husnah ingin cari
jodoh, malah terbawah pada persetubuhan atau zina. Hal tersebut masih terjadi
pada masa era globalisasi dan tradisi-tradisi barat yang selalu tertular cepat
kepada anak muda. Kronologi pacaran masa kini
: pacaran lalu berpegangan tangan, dan putus,
Tentu setiap sesuatu memiliki negative impacts. Misalnya, belajarnya berkurang dan sering
berpikir tentang wanita. Saja. Prestasi bisa saja menurun. Untuk menggulangi
hal tersebut, orangtua harus selalu memberikan kesibukkan atas setiap anak.
Sibuk mereka dalam prestasi dan hal-hal baik, akan membuat mereka tak
memikirkan perempuan atau ingin berpacaran.
Setiap anak muda memiliki cita-cita yang besar. Dalam
istilah bapak menteri Anies baswedan : “bermimpilah melampui mimpimu.” Anak
muda mengenal ketika duduk dibangku SMA adalah waktu emas untuk berpecaran dan
bersenang-senang sebelum melanjutkan ke jenjang tinggi. Anak muda sebaiknya
kebat-kebit bersosialisasi atau belajar dari guru ke guru yang lain dari pada
harus pacaran. kan, itu lebih keren.
Seandainya masih ada anak muda yang berpacaran, yuk kita
fokus pada masa depan. Masa depan masih jauh. Setelah cukup umur, langsung
ta’aruf lalu menikah serta menjalin hubungan suci dan sakral. Masalah nikah itu
gampang. Banyak orang-orang sukses yang menikah ketika kariernya sukses da nada
sebaliknya. Semua tergantung masing- orang.
Jika kita pikir dalam-dalam. Dengan pikiran hati yang
jernih, pacaran bukanlah hal yang baik. Sekedar mengenal adalah sudah cukup dan
tidak harus berlebihan. Seandainya mencintai seseorang perempuan, tidak harus pacaran. ingatlah dalam Al-quran
:” wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Laki-laki yang baik untuk
wanita yang baik (pula). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang melimpah (QS
Al-Nur [24] : 26 )
Komentar
Posting Komentar